Resume filsafat aliran realisme


BAB I
PENDAHULUAN

Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang idea, jiwa dan proses mengenal. Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian dunia ini pada inderawi yang selalu berubah dan dunia idea yang tidak pernah berubah. Idea merupakan sesuatu yang obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya memberikam dua pengenalan. Pertama pengenalan tentang idea; inilah pengenalan yang sebenarnya. Pengenalan yang dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat, teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat), dan bersifat tidak tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dengan panca indera. Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar filsafat pra-socratik yaitu pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan yang ada-ada-nya Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu berubah sedangkan dunia idea tidak pernah berubah dan abadi. Memang jiwa Plato berpendapat bahwa jika itu baka, lantaran terdapat kesamaan antara jiwa dan idea. Lebih lanjut dikatakan bahwa jiwa sudah ada sebelum hidup di bumi.
Sebelum bersatu dengan badan, jiwa sudah mengalami pra eksistensi dimana ia memandang idea-idea. Berdasarkan pandangannya ini, Plato lebih lanjut berteori bahwa pengenalan pada dasarnya tidak lain adalah pengingatan (anamnenis) terhadap idea-idea yang telah dilihat pada waktu pra-eksistansi. Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut penjara. Plato juga mengatakan, sebagaimana manusia, jagat raya juga memiliki jiwa dan jiwa dunia diciptakan sebelum jiwa-jiwa manusia. Plato juga membuat uraian tentang negara. Tetapi jasanya terbesar adalah usahanya membuka sekolah yang bertujuan ilmiah. Sekolahnya diberi nama “Akademia” yang paling didedikasikan kepada pahlawan yang bernama


BAB II
PEMBAHASAN
ALIRAN REALISME

A.     Definisi Realisme
Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada; yakni bertentanganl dengan yang hanya nampak. Dalam arti umum, realism bearti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada apa yang diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realism dipakai dalam arti yang lebih teknis.
Dalam arti filsafat yang sempit, realism bearti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real; benda – benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.  Bagi kelompok realis, alam itu, satu satunya hal yang dapat kita lakukan adalah : menjalin hubungan yang baik dengannya. Kelompok realis berusaha untuk melakukan hal ini, bukan untuk mentafsirkannnya menurut keinginan atau kepercayaannya yang belum dicoba kebenarannya. Seorang realis bangsa Inggris berkata :
“kita tak dapat melepaskan diri dari fakta bahwa terdapat perbedaan antara benda dan ide. Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang suatu benda, suatu pikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda. Dalam hal ini benda adalah realitas dan ide adalah “ bagaimana benda itu nampak kepada kita”. Oleh karena itu maka pikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda – benda, jika ia mau menjadi benar, jika ide kita tidak cocok dengan bendanya, maka ide itu salah atau tak berfaedah. Benda tidak menyesuaikan diri dengan ide kita, dan terus selalu menggantinya sampai kita mendapatkan ide yang benar. Cara cara tersebut adalah realis karena ia menjadikan “ benda” dan bukan “ide” sebagai ukuran kebenaran, pusat arti, realisme menjadikan benda itu real dan ide itu penampakan benda yang benar atau yang keliru”.
 Seorang filosof realis lainnya, yaitu Alfred North Whitehead, menjelaskan alasannya mengapa ia percaya bahwa benda yang kita alami harus dibedakan dengan jelas dari pengetahuan kita tentang benda tersebut. Dalam mempertahankan sikap obyektif dari realisme yang didasarkan atas kebutuhan sains dan pengalaman yang konkrit dari manusia. Dalam mempertahankan sikap obyektif dari realisme yang didasarkan atas kebutuhan sains dan pengalaman yang konkrit dari manusia. White Head yang menyampaikan tiga pernyataan. Pertama, kita ini berada dalam alam warna, suara dan obyek inderawi. Alam bukannya dalam diri kita dan tidak bersandar kepada indera kita. Kedua, pengetahuan tentang sejarah mengungkapkan kepada kita keadaan pada masa lampau ketika belum ada makhluk hidup di atas bumi dan dibumi terjadi perubahan-perubahan dan kejadian yang penting. Ketiga, aktivitas seseorangt nampaknya menuju lebih jauh dari jiwa manusia dan mencari serta mendaptkan batas terakhir dalam dunia yang kita ketahui. Benda benda mendatarkan jalan bagi kesdaran kita. “Dunia pemikiran yang umum” memerlukan dan mengandung “dunia indera yang umum”.
Banyak filosof pada zaman dahulu dan sekarang, khususnya kelompok idealis dan pragmatis berpendapat bahwa benda yang diketahui atau yang dialami itu berbeda daripada benda itu sendiri sesudah mempunyai dengan kita. Oleh karena kita tidak akan tahu tentang benda kecuali dalam keadaan “diketahui” atau di “alami” oleh kita maka benda yang telah kita ketahui atau kita alami ini merupakan bagian yang pokok dari benda yang kita ketahui.

B. Tokoh tokoh realisme
Merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakekat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia ruhani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan di pihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David Hume, John Stuart Mill.
Para penganut rasionalisme berpandangan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) seseorang. Perkembangan pengetahuan mulai pesat pada abad ke-18. Orang yang dianggap sebagai bapak rasionalisme adalah Rene Descartez (1596-1650) yang juga dinyatakan sebagai bapak filsafat modern. Semboyannya yang terkenal adalah cogito ergo sum (saya berpikir, jadi saya ada).
Tokoh-tokoh lainnya adalah John Locke (1632-1704), J.J. Rousseau (1712-1778) dan Basedow (1723-1790). John Locke terkenal sebagai tokoh filsafat dan pendidik dengan pandangannya tentang tabula rasa dalam arti bahwa setiap insan diciptakan sama, sebagai kertas kosong. Dengan demikian melatih atau memberikan pendidikan atau pandai menalar merupakan tugas utama pendidikan formal.
C.     Jenis – jenis Realisme
Realisme adalah istilah yang meliputi bermacam – macam aliran filsafat yang mempunyai dasar-dasar yang sama. Sedikitnya ada tiga aliran dalam realisme modern. Pertama, kecenderungan kepada materialisme mekanik adalah realisme tetapi juga materialisme. Kedua, kecenderungan terhadap idealisme. Dasar eksistensi mungkin dianggap sebagai akal atau jiwa yang merupakan keseluruhan organic. James B. Pratt dalam karangannya personal  realisme, mengemukakan bahwa bentuk realisme semcam itu,yakni suatu bentuk yang susah dibedakan dari beberapa jenis dari realisme obyektif. Ketiga, terdapat kelompok realis yang menganggap bahwa realitas itu pluralistic dan terdiri atas bermacam macam jenis; jiwa dan materi hanya merupakan dua dari beberapa jenis lainnya. Dalam fasal ini, realisme pluralistic mendapat perhatian yang terbesar, karena ia merupakan aliran yang dominan.
Apa yang kadang kadang dinamakan realisme platonic, atau konseptual atau klasik adalah lebih dekat kepada idealisme modern daripada realisme modern. Dengan asumsi bahwa yang riil itu bersifat permanent dan tidak berubah, Plato mengatakan bahwa ide atau universal adalah riil daripada individual. Selama abad pertengahan terdapat perdebatan antara realisme klasik (Platonik) dan nominalis yang bersikap bahwa nama jenis atau uuniversal itu hanya nama, dan realita itu terdapat dalam persepsi atau benda-benda individual. Kata kata hanya menunjukkan jenis atau simbol dan tidak menunjukkan benda yang mempunyai eksistensi kecuali eksistensi partikuler yang kemudian membentuk suatu kelas (jenis).
Dasawarsa pertama dari abad ke – 20 adalah periode gejolak intelektual. Pada tahun 1910 muncul enam orang guru filsafat di Amerika Serikat. Mereka membentuk suatu kelompok pada tahun 1912 dana menerbitkan bersama suatu buku dengan judul the new realism.
Kelompok neoralis menolak subyektivisme, monisme, absolutisme (percaya kepada sesuatu yang mutlak dan yang tanpa batas), segala filsafat mistik dan pandangan bahwa benda-benda non-metal itu diciptakan atau diubah oleh akal yang maha mengetahui. Kelompok neoralis menerangkan bahwa di samping keyakinan-keyakinan pokok ini, menolak subyektivisme, monisme, absolutisme (percaya kepada sesuatu yang mutlak dan tanpa batas) segala filsafat mistik dan pandangan bahwa benda-benda yang non mental itu diciptakan atau diubah oleh akal yang maha mengetahui.  Kelompok realis membedakan antara obyek fikiran dan tindakan fikiran itu sendiri. Pada umumnya, kaum realis menekankan teori korespondensi untuk meneliti kebenaran pernyataan-pernyataan. Kebenaran adalah hubungan erat putusan kita pada fakta-fakta pengalaman atau kepada dunia sebagaimana adanya. Kebenaran adalah kepatuhan kepada realitas dan obyektif.
Kebanyakan kaum realis menghormati sains dan menekankan hubungan yang erat antara sains dan filsafat. Tetapi banyak yang diantara mereka bersifat kritis terhadap sains lama yang mengandung dualisme atau mengingkari bidang nilai. Sebagai contoh Alfred North Whitehead yang mencetuskan “filsafat organisme”. Ia mengkritik pandangan sains yang tradisional yang memisahkan antara materi dan kehidupan, badan dan akal, alam dan jiwa substansi dan kualitas-kualitas. Pendekatan semacam itu menggosongkan alam dari kualitas indra dan condong untuk mengingkari nilai etika,estetika dan agama.
 
D.    Implikasi Realisme
Jika kelompok pragmatis seperti apa yang akan kita lihat di pasal lain menekankan alam pengalaman kita (the world of our experience) maka kelompok realis menekankan alam pengalaman kita. Dunia adalah seperti apa adanya, bagaimanapun orang memikirkannya.
Jika kelompok idealis menekankan akal (jiwa) sebagai realitas pertama, maka kelompok realis condong untuk menganggap alak sebagai salah satu dari beberapa benda yang keseluruhannya dinamakan alam. Seorang realis curiga terhadap kecondongan untuk menjadikan fakta dengan kemauan untuk menjadkan kesadaran kita sebagai pusat kepentingan alam. Penekanan terhadap dunia luar yang berdiri sendiri tetapi terbuka sebagaimana adanya terhadap akal adalah sesuai dengan sains alam. Perhatian diarahkan kepada akal yang memahami akan tetapi kepada realitas yang dipahami. Dengan begitu maka realisme mencerminkan obyektivitisme yang mendasari dan menyokong sains modern. Realisme bersandar kepada akal bukan kepada sentiment dan keinginan. Ia bersedia menerima kenyataan bahwa dunia ini berbeda dengan apa yang kita inginkan.
Oleh karena realisme bertentangan tajam dengan idealisme dan dianggap sebagai menjauhkan sifat mental dari dunia, maka perlu adalah pernyataan tentang sikap realis kepada akal. Dalam argumentasi bahwa realisme tidak menurunkan martabat akal atau menghilangkan kekayaan dan nilai nilainya, seorang realis berkata : “ Realisme menjauhkan akal dari kepongahan-kepongahannya akan tetapi tidak menjauhkannya dari nilai dan kebesarannya. Sebaliknya, dengan menyerahkan hak-hak pihak lain kepada pemiliknya, akal menemukan dirinya ; jika realisme menurunkan akal dari singgasananya, ia mengakuinya sebagai kepala dalam dunia yang ia ketahui”.
E.     Komentar Para Ahli
Realisme adalah suatu gerakan filsafat yang luas yang meliputi materialisme di satu pihak dan sikap yang lebih dekat kepada idealisme obyektif di pihak lain.  Oleh karena itu realismem tidak mudah untuk di pertahankan atau dikritik secara ringkas. Aalah tidak mungkin untuk menjelasakan segala jenis realisme. Penyajian suatu aliran filsafat selalu membangkitkan pertanyaan tentang kebenaran sikap-sikap yang lain.
Realisme adalah pandangan bahwa objek – objek kita adalah riil dan berada sendiri tanpa bersandar kepada pengetahuan lain atau kesadaran akal orang lain. Diketahui orang lain atau menjadi objek pengalaman, tidak akan mempengaruhi watak sesuatu benda atau mengubahnya. Benda – benda ada dan kita mungkin sadar akan adanya benda-benda tersebut, akan tetapi hal itu tidak mengubah watak benda-benda tersebut.  Dengan demikian maka benda-benda itu mungkin ada hubungannya dengan kesadaran, tetapi sudah pasti bahwa benda-benda tersebut tidak diciptakan atau diubah oleh kenyataan bahwa ia diketahui orang.
Kelompok pragmatis juga bersifat kritis terhadap anggapan kelompok realis berpendapat bahwa benda-benda dalam alam tidak bersandar kepada pengalaman manusia. Dunia tidak berdiri sendiri tanpa bersandar kepada proses “mengetahui”. Tidak ada basis yang dapat ditarik antara benda dan yang mengetahui. Oleh karena keadaan memang begitu, kita hanya dapat mengatakan bahwa ala mini adalah pengalaman kita.                   

 BAB III
KESIMPULAN

Adapun yang dapat di simpulkan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1.      Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada; yakni bertentanganl dengan yang hanya nampak. Dalam arti umum, realism bearti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada apa yang diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realism dipakai dalam arti yang lebih teknis.
2.      Tokoh-tokoh lainnya adalah John Locke (1632-1704), J.J. Rousseau (1712-1778) dan Basedow (1723-1790). John Locke terkenal sebagai tokoh filsafat dan pendidik dengan pandangannya tentang tabula rasa dalam arti bahwa setiap insan diciptakan sama, sebagai kertas kosong. Dengan demikian melatih atau memberikan pendidikan atau pandai menalar merupakan tugas utama pendidikan formal
3.      Kebanyakan kaum realis menghormati sains dan menekankan hubungan yang erat antara sains dan filsafat. Tetapi banyak yang diantara mereka bersifat kritis terhadap sains lama yang mengandung dualisme atau mengingkari bidang nilai. Sebagai contoh Alfred North Whitehead yang mencetuskan “filsafat organisme”. Ia mengkritik pandangan sains yang tradisional yang memisahkan antara materi dan kehidupan, badan dan akal, alam dan jiwa substansi dan kualitas-kualitas. Pendekatan semacam itu menggosongkan alam dari kualitas indra dan condong untuk mengingkari nilai etika,estetika dan agama.
4.      Realisme adalah pandangan bahwa objek – objek kita adalah riil dan berada sendiri tanpa bersandar kepada pengetahuan lain atau kesadaran akal orang lain. Diketahui orang lain atau menjadi objek pengalaman, tidak akan mempengaruhi watak sesuatu benda atau mengubahnya. Benda – benda ada dan kita mungkin sadar akan adanya benda-benda tersebut, akan tetapi hal itu tidak mengubah watak benda-benda tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Cet II, Pustaka Setia, Jakarta, 2004
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum : Akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, CET. III, Remaja Rosda Karya, Jakarta, 2004.
Anshari Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Cet I, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
AM, Suhar, Filsafat Umum Konsepsi, Sejarah dan Aliran, CV. Bonanza, Jambi, 2009.

0 komentar:

Posting Komentar